BLOGGER TEMPLATES AND MySpace 1.0 Layouts »

Rabu, 13 Januari 2010

Resident Evil School Terror

Resident Evil School Terror
Prolog....
Di tahun 2007, dimalam yang gelap dengan gerimis yang masih terus turun membasahi tiap titik yang disentuhnya. Semua penghuni bumi telah terbuai dalam bunga malam yang singkat. Tapi hanya seorang yang masih sibuk dalam kimia yang rumit disalah satu ruang sekolah yang hanya diterangi lampu pijar 10 watt yang tergantung dilangit-langit ruang itu.
Tangannya dengan lincah menari mencampur bahan kimia. Berbagai bahan itu tercampur dan tak ada yang yang mengerti apa itu. Hanya lelaki berbadan kurus, dengan kepala yang sedikit botak ditelan usia yang bermimpi hidup abadi ini yang terhanyut dalam fantasi ini.
Buih-buih terus timbul dan si tua ini berkata “Berhasil... dengan ini aku dapat terus hidup. Selku akan terus diperbarui dengan ramuan ini.”
Tanpa ragu lagi, makhluk renta ini meminum cairan biru itu dengan rakus. Efeknya adalah dia kembali muda dan...............
The Awakening....
Aku berjalan sendiri menyusuri jalan hampa sore itu. Tanpa sadar langkah kaki membimbingku menuju muka bangunan yang tak asing lagi bagiku. Gedung yang biasa tiap pagi aku datangi, tempat yang selalu diminati walau harus masuk dengan biaya yang tak sedikit dan banyak prestasi. Aku beruntung dapat menuntut ilmu disekolah ini walau dengan nilai pas-pasan.
Kulihat langit yang sedikit mendung sore ini, tapi entah apa yang membuatku tertarik untuk masuk gedung yang mulai rusak ini. Sore ini terasa sepi dan tak terlihat kehidupan ditempat yang biasanya seperti pasar ini. Tak biasanya lapangan sekolah yang selalu ada penghuninya, terlihat jemu oleh kesendiriannya. Angin pun tak bercakap dengan makhluk bumi lainnya. Tapi hal ini tak menciutkan tekadku untuk terus masuk.
Mataku tertuju ke segala arah, menangkap hasil refleksi bola api langit yang mulai menuju peraduannya. Kuteruskan langkahku masuk lebih dalam menyusuri jalan setapak yang dihiasi daun kering pepohonan yang jatuh di musim kemarau ini.
Tanpa terasa gelap pun mulai meratapi jalan-jalan yang kulalui. Keheningan malam pun mulai merayap ke seluruh tubuhku. Kucari sesuatu yang bisa kugunakan sebagai penerangan, dan kutemukan ponsel yang selalu kubawa kemana-mana.
Dengan penerangan senter kecil dari ponselku, kulanjutkan langkah kaki ini. Dan sampailah aku pada ujung ruangan yang selama ini belum pernah untuk dibuka selama bertahun-tahun. Ruang itu berada dibagian paling belakang sekolah di pojok ruangan. Kudekati ruangan itu, ingin rasanya ‘tuk membuka pintu berkarat yang selama ini tak pernah dibuka sehingga muncul desas desus bahwa ada seseorang yang telah terbunuh di ruangan itu. Ada rasa takut serta penasaran menyelimuti perasaanku, tapi saat kudekati pintu itu terkunci gembok dan rantai.
My Adventure....
Saat berniat untuk meninggalkan tempat itu aku mendengar seperti ada suatu suara. Suara seperti suatu benda berderit karena digeser seseorang. Semakin kuperhatikan suara itu ternyata suara itu berasal dari ruang terkunci itu. Ketika aku berbalik, ada sosok kurus yang hendak menggigitku. Dengan secepat kilat aku berlari menjauhi sosok yang kini berjalan semakin mendekatiku itu.
Dengan penerangan seadanya, kuperhatikan langkah makhluk itu terhuyung-huyung hendak jatuh saat ia berjalan mendekatiku. Kulihat dengan bola mataku ini, sosok itu seperti tidak mempunyai epidermis kulit, kepala yang botak dengan mata yang menyala. Kucari benda yang ada disekitarku untuk memukul makhluk itu lalu di keremangan kulihat batang kayu tergeletak di dekatku. Kuambil batang itu dan aku pukulkan benda itu padanya, tapi ia hanya jatuh dan tak terluka sedikitpun.
Dia lalu mencekikku dengan kuat dan memojokkanku pada tembok. Walau tercekik, aku tak kehilangan akal untuk melawan. Kutendang kuat perut makhluk buruk rupa ini. Ia sedikit terhuyung dan aku berusaha menjauh darinya.
“Makhluk apa ini?” pikirku.
Aku berlari menuju ruang guru dan beruntungnya aku, ruang itu tidak terkunci. Bergegaslah aku masuk, berusaha menahan pintu itu dengan kursi yang ada diruang guru. “Apa yang terjadi? Kenapa semua penjaga sekolah tidak kelihatan hari ini dan lampu sekolah tak satupun yang menyala.” batinku.
Tiba-tiba ponselku berdering.
“Halo, siapa ini ?” tanyaku.
“Ini aku Dan, dimana kau ?’’.
“Aku terjebak diruang guru sekolah kita. Ada sesuatu yang aneh terjadi disini. Cepat kau kesini dan bawa apa saja yang bisa kau gunakan sebagai senjata!”.
“Oke aku segera kesana”.
Sambil menunggu kedatangan Dan, aku mengobrak-abrik ruang guru untuk menemukan senjata, sebilah pisau pun kutemukan ditempat buah-buah biasa disimpan.
Tanpa kusadari, makhluk yang mengejarku tadi bermaksud melewati pintu depan. Secepat kilat aku mendorong pintu yang tak jauh dariku itu, tapi tangan makhluk itu sempat masuk dan berusaha mencakarku dari luar.
Ku goreskan pisau yang kudapat tadi ke tangan yang berlumuran darah itu dan sipemilik tangan itu segera menarik tangannya keluar. Lalu entah mengapa makhluk seram tadi terjatuh. Dan suara yang kukenal memanggilku.
“Tama !!!’’
“Dan !, syukurlah kau sampai disini,” teriakku.
Dia pun akhirnya sampai disekolah yang kini menjadi lebih aneh dari yang kupikirkan sebelumnya.
“Bagaimana keadaanmu?’’
“Untungnya kau menolongku, apa yang kau bawa itu?”
“Ini pisau yang telah aku olesi obat tidur, tapi ini tidak akan bertahan lama. Ayo kita pergi!”
Bergegas kita berlari keluar sekolah untuk memperingatkan penduduk sekitar agar segera memberi pertolongan dan menghadapi serangan makhluk ini. Tapi apa yang terjadi, semua penduduk telah menjadi makhluk yang sama.
“Apa yang sekarang harus kita lakukan ?’’ tanyaku.
“Sebaiknya kita mengakhiri ini semua,’’ kata Dan serius.
“Bisakah kita?” tanya khawatir.
“Harus, kita harus bisa,” katanya meyakinkan.
Serentak kemudian semua makhluk seram disekeliling kita itu menoleh. Tanpa buang waktu kita kembali masuk kesekolah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Masuklah kami kembali keruang guru, mencari tiap berkas yang ada hubungannya dengan peristiwa ini. Ku mencari tiap berita yang mungkin berhubungan dengan kasus ini dan Dan mencari berkas-berkas guru yang ada.
“Hai, kau tahu peristiwa ini?” tanyaku sambil menunjukan sebuah artikel yang ada di koran. Isi artikel itu berisi seperti ini :

Seorang Guru SMA Dikabarkan Hilang

Desember, 23 2007
Maman 43 tahun, seorang guru SMA dikabarkan hilang pagi ini. Penyebab hilangnya tak diketahui hingga saat ini. Menurut keterangan para guru, Maman ini orangnya agak pendiam dan kurang suka bergaul dengan guru-guru yang lain.
Pada hari sebelum kejadian penjaga sekolah melihatnya berada di Lab. Kimia, itu tidak aneh karena Maman adalah guru kimia. Keterangan lain yan diperoleh polisi, ia selalu pulang paling akhir menurut kesaksian guru yang lain, entah untuk melakukan apa yang tak seorang pun tahu.
Polisi pun akan berusaha mencari apa yang sebenarnya terjadi, karena tidak ada bukti kejahatan di TKP kecuali hanya beberapa tabung reaksi yang pecah.

“Mungkin berita ini ada hubungannya dengan yang kita alami saat ini.”
“Lalu apa yang akan kita lakukan?’’
“Sebentar akan kucari data tentang guru ini.” sambil memilah dan mencari data guru yang mengajar disini. “Ini dia!” teriak temanku ini senang.
“Oh tidak, Dan lihat! makhluk itu datang lagi dan telah masuk ke ruangan ini.”
“Kukira itu bukan makhluk yang tadi.”
Makhluk itu mendekati Dan dan mencekiknya. Kusabetkan pisau kecilku itu ketangan itu. Dan pun terjatuh, aku berusaha menolongnya dan memapahnya keluar ruangan ini.
“Ayo kita ke ruang komputer, mungkin kita akan dapat petunjuk tentang guru tadi,’’ perintah Dan.
Sampai didepan ruang komputer.
“Oh tidak ruangan ini terkunci gembok, bagaimana Dan?” kataku sambil terus membopong Dan, yang kukira kondisinya makin memburuk akibat cekikan makhluk tadi.
“Rusak saja dengan pisauku ini,” kata Dan dengan sedikit menahan rasa sakit.
Ku ambil pisau di tangan Dan dan ia kusandarkan ketembok.
“Cepat, kukira mereka mulai datang lagi!” Dan memperingatkan aku.
Dengan sekuat tenaga akhirnya gembok itupun berhasil kucongkel. Masuklah kita kedalam, kunyalakan lampu dan kuletakan semua kursi untuk menghalangi pintu masuk.
“Berbaringlah di sini dan aku akan mencari pertolongan pertama di UKS,” kataku.
“Hati-hati!”
“Ya Dan,”
UKS sekolah ini berada dipojok ruang guru, jadi sekali lagi aku harus kembali ke tempat makhluk yang tadi menyerang kami berada. Sesampainya aku di ruang guru, ternyata makhluk itu tak lagi sendiri. Ada 3 makhluk sejenis di ruang itu. Ku berusaha sekuat tenaga melawan makhluk itu, tiba-tiba 1 dari makhluk itu muntah ke arahku dan muntahannya ternyata sejenis zat asam. Ku lepas bajuku dan tak kuhiraukan lagi makhluk itu. Dipikiranku saat ini adalah untuk menolong Dan.
Kubuka pintu UKS, kucari apapun yang bisa untuk meredakan sakit. Dan kutemukan beberapa antiseptik, beberapa botol insulin dan beberapa gulung perban. Kuambil juga beberapa alat injeksi yang belum terpakai. Lalu kubuka lemari UKS untuk menemukan sesuatu yang dapat kupakai, untungnya ada rompi didalam lemari itu. Kupakai rompi itu dan secepatnya aku kembali ke ruang komputer.
Sekembalinya aku ke ruang komputer. Sesegera mungkin ku perban luka Dan setelah memberikan antiseptik padanya juga sedikit suntikan insulin untuk mengembalikan tenaganya. Tak lupa aku juga memakaikan rompi yang kutemukan tadi pada Dan.
“Terimakasih Tama.”
'Dan' berusaha bangkit lalu ia menyalakan komputer master. Tapi ada satu masalah, saat komputer itu dinyalakan.
“Oh tidak, komputer ini perlu disk master,” kata Dan.
“Apa?” sahutku
“Ayo kita cari disk masternya!”
Kami mengobrak-abrik tumpukan barang bekas yang tergeletak di lantai, demi menemukan disk master itu. Pandanganku lalu tertuju kearah lemari kecil kearah satu meja. Disitu aku melihat ada tumpukan disk.
“Hey 'Dan' lihat itu!”
“Mungkinkah?” kata Dan sembari menghadapku.
“Ayo kita periksa!” kataku sambil berharap.
Setelah kami mencari ternyata ada satu disk yang bertuliskan disk master.
“Ayo kita coba,” seru Dan.
Saat kita mencoba timbul masalah lain.
“Ada apa Dan?” tanyaku penasaran.
“Ada password yang harus dimasukan,” jawab Dan.
“Apa yang mungkin dijadikan password oleh guru TIK kita?” tanyaku bingung.
“Mungkin motto sekolah kita?”
“Mungkin saja,” jawabku singkat.
Dan lalu menulis “a gureto purasu to be sumaruto” dan komputer pun dapat di operasikan. Kami mencari data tentang pak Maman tadi. Kemudian saat kami temukan kami mendapat data sebagai berikut :

Nama : Maman Abdurahman
Ttl : Sidoarjo, 13 Februari 1964
Alamat : Jl. Setyo Budi no. 13
Motto : Jangan takut untuk mencoba hal baru
Cita-cita : Hidup abadi

Kami pikir cita-citanya merupakan hal yang aneh untuk jaman modern seperti ini. Tapi kami lalu menemukan blognya, semua filenya berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan rumus kimia yang tidak kami mengerti dan yang paling mengejutkan kami adalah semua koleksinya berbau RESIDENT EVIL. Mulai film hingga game, ia juga mencatat virus apa saja yang terdapat dalam film itu dan juga serum-serum apa yang ada didalamnya.
“Apakah ia bermaksud hidup abadi dengan menggunakan Virus X ini?” tanyaku pada Dan.
“Mungkin ia berusaha menyempurnakan serum-serum ini agar bisa hidup abadi,” jawab Dan.
Tiba-tiba saat kami mengobrol tadi ada kontak dari luar. Itu berasal dari YM komputer ini yang ternyata akan aktif saat komputer dinyalakan.
“Ha......lo ...... apakah ma......sih ..... a....da . orang.”
“Ya...ya kami disini,” jawab kami tergesa-gesa sembari menyalakan webcam.
“A......pa .. anda . baik-baik sa....ja?”
“Ya kami berdua baik baik saja.”
“Oke tunggu disana, kami akan segera memberikan bantuan melalui helikopter.”
Dan panggilan singkat itu pun mati.
“Kurasa informasi yang kita dapat untuk saat ini cukup, ayo kita pergi dari sini,” kata Dan
“Akan kemana kita?” tanyaku
“Keruangan penjaga sekolah dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya,” kata Dan serius.
“Akan kubawa ini.”
“Apa itu?” tanya Dan sambil menoleh ke arahku.
“Ini alat setrum listrik yang menggunakan baterai dan baterainya terisi penuh. Mungkin akan berguna nanti,” jelasku.
Kami menuju ruang penjaga sekolah. Masuk ke ruangannya dan ruangan itu kosong. Ada sebuah meja kecil. Kami membukanya dan menemukan catatan penjaga sekolah. Kami membacanya.

Desember, 1 2007
Ada seorang guru baru masuk ke sekolah ini. Beliau adalah guru kimia yang menggantikan guru yang telah pensiun beberapa hari yang lalu. Ku rasa beliau orangnya ramah dan mudah bergaul.

Desember, 7 2007
Hari ini sibuk sekali, banyak pekerjaan yang harus kulakukan. Untungnya guru baru itu bersedia membantuku karena beliau selalu pulang paling akhir.

Desember, 10 2007
Peringatan hari antikorupsi, para siswa diajar oleh guru-guru untuk berpartisipasi dalam hari ini. Guru baru itu pun berpartisipasi walau korupsi bukan hal yang dikuasainya.

Desember, 15 2007
Guru itu terasa lain hari ini. Beliau terlihat sedikit pendiam dan tidak banyak bicara hari ini. Aku melihatnya pulang agak larut hari ini.

Desember, 19 2007
Aku melihatnya masih sibuk dengan entah apa hari ini. Di Lab. Kimia saat itu, beliau entah sedang menyuntikan sesuatu kedalam tubuh seekor tikus. Kulihat tidak terjadi apa-apa pada tikus itu.

Desember, 22 2007
Beliau kembali di Lab. hingga larut malam hari ini. Di terlihat kegirangan hari ini saat ia menemukan entah apa yang sedang dibuatnya.

Desember, 23 2007
Aku tak melihatnya pulang semalam. Hingga hari ini ia dikabarkan hilang oleh polisi..............

Selesai kami membaca tiba-tiba dari di belakang kami muncul sosok makhluk lain yang yang sejenis lagi dari dalam lemari. Ia berusaha mencakar kami, langsung saja kami menghindar. Lalu ku tancapkan pisauku ini berkali-kali pada leher makhluk itu hingga ia tak bergerak lagi.
“Ayo kita pergi!’’ kataku.
Saat akan pergi ternyata makhluk itu masih hidup dan mencengkram kakiku. Dengan sigap Dan menginjak kepala makhluk itu sampai pecah untuk menolongku.
“Situasinya makin gawat saja,” kataku.
“Ayo kita ke ruang peralatan, kita cari sesuatu yang mungkin bisa digunakan untuk bertahan hidup sampai helikopter datang,” kata Dan dengan bersungguh-sungguh.
Dalam perjalanan menuju ruang peralatan kulihat jam pada layar ponselku.
“Heh, pukul 11 malam,’’ batinku.
Sampailah didepan ruang peralatan. Dan berusaha membukanya.
“Kenapa Dan?” tanyaku ingin tahu.
“Kurasa pintu ini rusak,’’ jawab Dan.
“Lalu bagaimana?”
“Ayo kita dobrak!” jawab Dan tegas.
Tapi saat kami akan mendobrak, kenop pintu terlihat akan dibuka dari dalam. Aku lalu berteriak,” Ada orang didalam?”
“Tolong aku sudah disini sejak kemarin,” jawab seseorang.
“Apa yang kau lakukan kemarin?” tanyaku pada dia yang suaranya terdengar seperti perempuan itu.
“Setelah les kemarin aku ke sekolah untuk mengambil bukuku yang tertinggal, lalu muncul makhluk-makhluk aneh itu dan aku mengunci diriku disini. Tapi sekarang aku tak bisa keluar karena pintunya macet.’’
“Mundurlah agak kebelakang, kami akan mendobrak pintu ini!”
Usaha kami mendobrak ternyata sia-sia. Pintu yang terbuat dari baja usang ini tak bergeming sedikitpun.
“Hei kurasa ada pintu kecil disini, tapi aku tak tahu dimana ujung pintu ini. Maukah kalian mencarinya? Kelihatannya pintu ini hanya bisa dibuka dari bawah ruangan ini,” teriak gadis itu.
“Baiklah, kami akan mencarinya,’’ jawab kami singkat.
“Kurasa ini peta untuk menuju pintu bundar di bawah ini,’’ kata gadis itu sambil melemparkan secarik kertas melalui ventilasi.
Setelah kita pelajari peta itu, ternyata pintu lain peta itu berada di kantin belakang yang tempatnya bersebelahan dengan toilet cowok.
Kami menuju kesana. Kulihat sekeliling, kantin ini memang sedikit jorok bagiku karena bersebelahan dengan toilet. Tapi entah mengapa kantin ini selalu ramai oleh siswa khususnya cowok, ya walaupun untuk merokok atau untuk hal buruk lainnya.
Kucari pintu yang menghubungkan ruang ini dengan ruang peralatan. Tapi tak ku temukan. Kemudian kulihat Dan melihat gentong tua yang ada di pojok ruangan. Gentong ini terlihat sudah berdebu dan penuh dengan sarang laba-laba.
Tiba-tiba 'Dan' berseru,’’ Hei bantu aku menggeser gentong ini.’’
Memang sekilas kulihat gentong itu tidak mungkin dipindahkan oleh satu orang saja. Melihat besarnya gentong itu kupastikan gentong itu mungkin dapat menampung sekitar 30 liter air.
Dengan susah payah kami berdua menggeser gentong itu dan ternyata ada sejenis ruang bawah tanah yang ditutup oleh sebuah papan diatasnya. Kami buka papan itu dan ada tangga yang menuju ke ruang bawah.
Saat menuruni tangga aku berpikir untuk apa sekolah membuat ruang bawah tanah seperti ini tapi setelah sampai dibawah terjawablah pertanyaanku. Ternyata ruangan ini adalah saluran pembuangan. Semua pipa pembuangan menuju saluran ini termasuk pipa pembuangan di toilet.
“Ugh, baunya tidak sedap,’’ kataku sambil menutup hidung. “Kira-kira saluran pembuangan ini untuk apa ya?’’
“Mungkin untuk memudahkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Lihat saja, banyak pembalut yang dibuang ke toilet oleh cewek-cewek. Padahal pembalut kan bukan benda yang mudah dibusukan oleh bakteri begitu saja,’’ jelas Dan yang ahli dalam ilmu sains seperti ini.
Kami terus berjalan menyusuri tempat bau ini. Tiba-tiba ada sesuatu terjatuh ke tanganku.
“Apa ini 'Dan',’’
Dan mencium benda yang tadi jatuh di tanganku.
“Ini guano, atau kotoran kelelawar,’’ jawab Dan
Kami melihat ke atas dan ternyata banyak kelelawar yang tidur di langit-langit saluran pembuangan ini. Kami berusaha berjalan setenang mungkin agar tidak mengganggu para kelelawar tadi.
Kami meneruskan jalan kami dan Dan terlihat menginjak sesuatu yang ternyata itu tikus yang kemudian lari dan menimbulkan bunyi citcitcit sehingga membangunkan kelelawar yang tadi tertidur.
Kelelawar tadi sontak menyerang kami tanpa ampun dan kami hanya dapat membela diri dengan pisau yang selalu kami bawa-bawa tadi. Beberapa kelelawar mati terkena pisau kami dan sisanya memilih mundur dari pada harus bernasib sama dengan teman mereka yang lain.
Langkah kaki pun berhasil menuntun kami sampai di ujung lorong. Disana ada juga tangga yang membimbing kami ke ruang peralatan. Kami menaikinya dan memang ada kunci yang hanya bisa dibuka dari bagian sini.
Dan membukanya, kemudian kami menemukan cewek yang tadi ngobrol kepada kami. Dia ternyata Arufi, dia adalah cewek aktif yang gemar ikut kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Dia adalah anak seorang guru agama islam yang selalu memakai kerudung saat beraktifitas diluar rumah. Walau begitu tapi ia tidak terlihat seperti orang yang kolot yang tidak mau menerima perubahan.
Lantas kami menolongnya dan sebelum pergi kami mencari beberapa benda yang mungkin dapat kami gunakan. Saat itu kami menemukan bilah dan kampak, mungkin itu dulu digunakan penjaga sekolah untuk memotong ranting rapuh pada pohon yang telah tua. Sedangkan Arufi kuberi pisau yang kami gunakan tadi.
“Akan kemana kita?” tanya Arufi.
“Kita akan mencari apa saja yang dapat kita gunakan untuk bertahan hidup,’’ jawab Dan.
“Tapi apakah tidak lebih baik kalau kita kembali ke ruang komputer dulu. Mungkin ada kontak saat kita pergi tadi,’’ saranku.
“Mungkin juga,’’ kata Dan.
Kita pun kembali melewati saluran pembuangan yang bau tadi, tapi tidak ada kelelawar seekor pun kali ini. Kami pun keluar dari kantin dan menuju ruang komputer. Dan entah kenapa, tiba-tiba Arufi menjerit.
“Help!!!!!,’’ jerit Arufi.
Kami berdua menoleh. Arufi ditangkap oleh tiga makhluk seram yang tadi yang juga telah menyerang kami sebelumnya.
Serentak ku kampak makhluk di kanan Arufi dan diikuti oleh 'Dan' yang menebas kepala makhluk di kiri Arufi. Melihat kami, Arufi pun tak mau kalah. Ia menendang makhluk yang ada dibelakangnya hingga terjengkal. Aku tak tinggal diam ku arahkan kampakku ke lengan makhluk itu, putuslah dan lengan itu mengeluarkan cairan yang berbau busuk. Karena tidak mau ada masalah yang lebih gawat lagi meninggalkan kantin tua itu.
Di ruang komputer, kami bertiga kembali mencari data tentang guru kita baru itu. Di komputer master tanpa sengaja, Dan berhasil meng-hack blog dari pak Maman tersebut. Banyak hal rahasia yang mungkin para guru pun tidak tahu mengenai hal ini, termasuk susunan virus X yang sedang di teliti oleh pak Maman.

Berikut ini beberapa catatan tentang virus X yang ditulis oleh pak Maman :

Virus X
Virus ini dapat memproduksi sel tubuh lebih cepat dari manusia normal, sehingga proses penuaan tubuh tidak akan terjadi. Efek yang terjadi jika virus ini masuk dalam tubuh ialah membuat peredaran darah keseluruh tubuh lebih cepat dari biasanya.
Tapi jika tubuh yang ditanami virus ini tidak kuat menahan kencangnya arus darah, maka akan terjadi pembengkakan dan akhirnya bagian tubuh akan pecah dan mengeluarkan darah. Pecahnya anggota tubuh ini tidak mengakibatkan suatu kematian karena sel akan terus diperbaharui.
Disisi lain karena tubuh tidak mati karena pecahnya suatu angot tubuh, virus ini juga menyebabkan kehilangan kesadaran pada yang terjangkit. Mungkin juga bisa disebut seperti mayat hidup. Selain itu sel ini juga dapat bergabung satu sama lain.
Tapi aku tidak akan mati. Maman.
“Sialan, jadi makhluk yang kita kampak bertubi-tubi tadi tidak mati,” kataku kesal.
“Sudahlah, mungkin dalam blog pak Maman ini ada penyelesaian masalah kita saat ini. Ingat, sesungguhnya dibalik kesusahan itu pasti ada jalan,’’ kata Arufi menenangkanku.
Tanpa menghiraukan kami berdua, Dan terus mengarahkan mouse kebawah hingga kami melihat satu artikel berjudul “Jika Percobaanku Gagal”. Kami bertiga melihatnya, ternyata artikel itu berisi bagaimana mengatasi masalah yang terjadi pada kami saat ini.

Jika Percobaanku Gagal
Jika catatan ini telah ditemukan maka terbukti bahwa percobaanku telah gagal. Mengetahui bahwa orang yang terjangkit virus X tidak bisa dibunuh atau mati, aku menulis catatan ini.
Virus X adalah virus yang akan selalu berregenerasi jika inangnya terluka. Maka jika hanya memotong salah satu bagian tubuh inang, itu tidak akan membunuh virus ini. Cara membunuhnya ialah meniadakan inang.
Kupikir jika ada yang menemukan catatan mayat hidup pasti mereka ikut terinfeksi atau mereka akan segera keluar kota untuk menghindar. Karena itu, aku telah menyiapkan beberapa peledak yang cukup untuk meledak seluruh kota ini.
Peledak itu tersimpan di salah satu tempat di ruang kesenian sekolah ini. Dan ruangan itu hanya bisa di buka dengan “Rest In Piece Melody”......

Catatan itu berakhir, tak lama kemudian ada kontak dari luar.
“Hei apa kalian baik-baik saja? Helicopter akan sampai setengah jam lagi.”
“Ya kami baik-baik saja,” jawab Dan tegas.
Suara itu mati.
Tanpa buang waktu kami menuju ruang kesenian yang tak jauh dari ruang komputer ini. Kami hanya harus menyebrangi ruang tata usaha dan ruang guru.
Sampailah kami diruang kesenian itu. Disana ada beberapa buah gitar, satu set drum dan sebuah keyboard. Aku dan Dan saling menoleh karena kami berdua tidak dapat memainkan salah satu dari alat musik yang ada diruangan ini.
Lalu aku mendengar suara dari arah keyboard itu berada, kami menoleh. Ternyata Arufi yang menekan salah satu tuts dari keyboard itu.
“Kau bisa?” tanyaku.
“Mungkin,’’ jawab arufi singkat.
Tak berselang lama, ia memainkankannya. Sentuhan jari lentik pada keyboard itu sungguh merdu bagiku, tapi entah mengapa ia berhenti.
“Kenapa?” tanyaku.
“Aku lupa bagian akhir dari lagu ini,” jawab Arufi.
“Gawat,’’ seru Dan.
“Kupikir tidak ada cara lain selain mencari note yang asli,’’ sran arufi pada kami.
Ada lemari besar disudut ruangan. Kudekati lemari itu. Kulihat lemari itu tergembok. Karena kupirir buang-buang waktu saja mencari kunci lemari ini, maka kukampak saja gembok tua pada lemari ini. Dan terbukalah.
Tertegun sejenak aku melihat betapa banyaknya kertas note di dalam lemari itu. Karena melihatku yang bengong, Dan pun berkata.
“Hey, kenapa bengong?”
“Gimana aku gak bengong, liat aja tumpukan kertas sebanyak ini. Mana aku tahu yang mana notenya,’’ jawabku.
Dan menuju kearahku.
“Hm..., mungkin akan sedikit sulit.’’
“Gak ada waktu buat bengong lagi. Ayo kita cari note itu secepatnya. Waktu kita udah gak lama lagi,’’ kataku sambil bergegas mencari note itu.
Note ini diletakan tiak sesuai abjad, jadi membuat kami mengalami kesulitan untuk menemukannya.
“Gimana? Udah ketemu belum?” tanya Arufi yang masih terus merangkai beberapa note yang ia ingat diatas keyboard.
Setelah agak lama, Dan menemukan note itu. Dia langsung menyerahkan pada Arufi. Tanpa menunggu aba-aba Arufi memainkannya. Sungguh merdu alunan keyboard yang di set dengan suara piano itu.
Semua note telah dimainkan, ada sebuah getaran berasal dari tembok di sebelah kiri kami. Tembok terbuka, kami memasukinya dan menemukan bubuk mesiu dan berbagai benda bertuliskan TNT.
Kami mengusung barang-barang berbahaya itu keluar. Kami menatanya melingkar ditengah lapangan basket yang lenggang. Tapi saat kami hendak menyiapkan sumbu untuk peledak masalah lain datang.
Mayat hidup yang telah kami lukai tadi kelihatannya menyatukan sel mereka sehingga besar mayat hidup yang akan menyerang kami saat ini tiga kali lebih besar dari sebelumnya.
“Ini musuh terakhir kita Dan,’’ kataku serius pada Dan.
Dan hanya mengangguk. Kami menyerangnya bersama tapi dengan sekali pukulan makhluk itu berhasil menjatuhkan kami berdua.
Aku bangkit dan berusaha memulihkan tenagaku. Kuarahkan kampakku pada lengannya. Tertancap kampakku dilenganya tapi tidak memberikan efek apapun. Ia malah meninju dadaku hingga aku terjatuh kembali. Mulutku pun mengeluarkan darah.
Dan yang melihatku akan diserang kembali oleh makhluk itu tak tinggal diam. Dan berlari kearah makhluk itu, mengarahkan bilahnya kearah kepala makhluk itu tapi makhluk itu lebih dulu memukul dagu Dan hingga berdarah.
“Dan, Tama kalian tidak apa-apa,’’ jerit Arufi khawatir.
Makhluk itu mendekati Dan, memegang tangannya kemudian membanting Dan ketanah. Seketika itu pula Dan pingsan.
Arufi mendekati Dan, dan berusaha menyadarkan Dan. Saat terlihat makhluk itu akan melukai Arufi, aku berlari kemudian menabrakan diriku ke makhluk itu.
Makhluk itu tidak bergeming. Ia mencekikku. Arufi berusaha melepaskan diriku dari cekikan makhluk ini. Makhluk inipun tak tinggal diam, tangannya yang satu lagipun mencekik Arufi.
Saat kami berdua hampir kehabisan napas, aku mendengar suara helikopter mendekat. Sejurus kemudian ada suara tembakan, kulihat tembakan itu mengenai mata mayat hidup ini hingga ia menjerit kesakitan sambil menutup kedua matanya.
“Hah, bantuan datang, cepat masuk ke heli’’ kataku pada Arufi dengan nafas yang masih sesak.
Aku membopong Dan yang masih pingsan ke heli, menidurkannya pada bangku heli. Mayat hidup itu tidak tinggal diam mengetahui kami akan pergi. Ia berlari kearah kami. Seorang yang membawa senjata revolver terus menembaki mayat hidup itu walaupun sebenarnya tak berarti apa-apa.
Teringatlah aku pada bubuk mesiu dan TNT yang kami susun tadi.
“Pak cepatlah keatas dan tembak tabung mesiu yang kami susun ditengah itu,’’ kataku.
Ditembaklah tabung-tabung yang mudah meledak itu. Sambil terus meningggalkan kota kami yang tercinta, kami melihat kehancuran kota kami yang diakibatkan oleh ledakan tadi. Tapi itu semua adalah bagian dari usaha menyelamatkan umat manusia.
Kota kami yang hancur pun kini telah tidak tercantum dalam peta manapun. Selamat tinggal kota kami tercinta, ini adalah kesempatanku untuk hidup.................................



END



With Darkness

Yami Riyan Akira

0 komentar: